Translate

Senin, 19 November 2012

MATERI LAYANAN INFORMASI



A.      PENGERTIAN LAYANAN INFORMASI
Layanan informasi adalah layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien). Klien tidak hanya peserta didik tetapi bisa juga orang tua atau wali.
Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagi pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembagkan pola kehodupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dalam mengambil sebuah keputusan.
Layanan informasi dapat diselenggarakan melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi yang dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, film atau vidio, kunjungan ke perusahaan-perusahaan. Berbagai nara sumber, baik dari sekolah sendiri, atau dari sekolah lain, dari lembaga-lembaga pemerintah, maupun dari berbagai kalangan di masyarakat dapat diundang guna memberikan informasi kepada peserta didik. Namun perlu diingat bahwa semua kegiatan hendaknya direncenakan direncanakan secara matang.
Layanan informasi dapat dilaksanakan secara individual, klasikal dan ataupun diselenggarakan secara umum. Dapat juga diberikan secara lisan ataupun seperti jurnal, majalah, dan leaflet.


B.       BIDANG PENGEMBANGAN PRIBADI
Suatu kegiatan pemberian informasi tentang tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan dan perkembangan pribadi individu ( peserta didik). Perkembangan pribadi berupa sikap belajar disekolah. Seperti kepatuhan terhadap tata tertib disekolah mulai dari seragam, masuk kelas, kebersihan kelas, dll.
Meliputi kegiatan pemberian informasi tentang:
1.      Tugas-tugas perkembangan tentang kemampuan dan perkembangan pribadi
2.      Perlunya pengembangan kebiasaan dan sikap dalam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME
3.      Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, bakat, minat serta bentuk-bentuk penyaluran dan pengembangannya
4.      Perlunya hidup sehat dan upaya pelaksanaan
5.      Usaha yang5 dapat dilakukan melalui Bimbingan dan Konseling dalam membantu peserta didik dalam menghadapi masa peralihan dari masa remaja awal kemasa remaja yang penuh tantangan.

C.  BIDANG PENGEMBANGAN SOSIAL
Suatu layanan yang diberikan kepada individu dengan tujuan pemantapan kemampuan, bertingkah laku dan berhubungan sosial.
Layanan informasi dalam bidang bimbingan sosial, meliputi:
a. Tugas perkembangan masa remaja tentang pengembangan hubungan sosial
b.  Cara bertingkah laku, sopan santun
c. Tata krama pergaulan dengan teman sebaya
d. Suasana dan tata krama kehidupan dalam berkeluarga
e. Hak dan kewajiban warga negara
 f. Pengenalan dan manfaat lingkungan yang lebih luas.


D.  BIDANG PENGEMBANGAN KEGIATAN BELAJAR
Suatu layanan info yang diberikan untuk pemantapan sikap, dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalani program penilaian hasil belajar.
Pengembangan kegiatan belajar meliputi:
    1. Tugas-tugas perkembangan masa remaja berkenaan dengan pengembangan diri,keterampilan,ilmu pengetahuan,teknologi dan kesenian.
    2. Perlunya pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,aktif dan terprogram,baik belajar mandiri maupun kelompok.
    3. Cara belajar diperpustakaan,meringkas buku,membuat catatan dan mengulang pelajaran
    4. Kemungkinan timbulnya berbagai masalah belajar dan upaya pengetasannya
    5. Pengajaran perbaikan dan pengayaan
Pokok-pokok Bidang Bimbingan Belajar, yaitu:
a.       Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif,baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar,bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya,mengembangkan keterampilan belajar ,mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalani program penilaian hasil belajar
b.      Pemantapan displin belajar dan berlatih,baik secara mandiri maupun berkelompok
c.       Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah menengah umum sesuai dengan perkembangan ilmu,teknologi dan kesenian.
d.      Pemantapan pemhaman dan pemanfaatan kondisi fisik,sosial dan budaya yang ada di sekolah,lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan pribadi
e.       Orientasi belajar di perguruan tinggi.

E. BIDANG PENGEMBANGAN PERSIAPAN KARIR
Suatu layanan pemantapan  informasi karir pada  peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam merencakan, dan memilih karir yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki individu.
Layanan informasi marupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan konseling di sekolah yang amat penting guna membantu siswa agar dapat terhindar dari berbagai masalah yang dapat mengganggu terhadap pencapaian perkembangan siswa, baik yang berhubungan dengan diri pribadi, sosial, belajar ataupun kariernya., Melalui layanan informasi diharapkan para siswa dapat menerima dan memahami berbagai informasi, yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan siswa itu sendiri
Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karier akan dapat dihindari manakala siswa memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia kariernya. Untuk itulah, mereka seyogyanya dapat dibimbing guna memperoleh pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik tentang bakat, minat, cita-cita, berbagai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini, tentunya tidak cukup hanya sekedar memahami diri. Namun juga harus disertai dengan pemahaman akan kondisi yang ada dilingkungannya, seperti kondisi sosio-kultural, pasar kerja, persyaratan, jenis dan prospek pekerjaan, serta hal-hal lainnya yang bertautan dengan dunia kerja. Sehingga pada gilirannya siswa dapat mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karier yang akan ditempuhnya kelak.
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pemberian layanan informasi, yaitu:
a.       Materi layanan informasi
b.      Teknik layanan informasi

a.       Materi layanan informasi
Materi informasi yang diberikan kepada siswa hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan siswa, sehingga benar-benar dapat dirasakan lebih bermanfaat dan memiliki makna (meaningful). Pemilihan dan penetuan jenis materi informasi yang tidak didasarkan kepada kebutuhan dan masalah siswa akan cenderung tidak memiliki daya tarik, sehingga siswa akan menjadi kurang partisipatif dan kooperatif dalam mengikuti kegiatan layanan. Materi informasi yang lengkap dan akurat akan sangat membantu siswa untuk lebih tepat dalam mempertimbangkan dan memutuskan pilihan kariernya.
Beberapa jenis materi informasi tentang karier yang mungkin dibutuhkan siswa, diantaranya:
  • Tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan perkembangan karier.
  • Perkembangan dan prospek karier di masyarakat.
  • Kursus-kursus dalam rangka pengembangan karier.
  • Langkah-langkah dalam memasuki pekerjaan, jenis pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan.
  • Syarat-syarat pekerjaan yang dapat dimasuki setelah tamat SMA.
  • Kemungkinan permasalahan dalam pilihan pekerjaan, karier, dan tuntutan pendidikan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
b.      Teknik Layanan Informasi
Disamping konselor dituntut untuk banyak memahami berbagai informasi yang akan dibutuhkansiswa, juga seyogyanya dapat menguasai berbagai teknik penyampaiannya secara variatif dan menyenangkan. Tanpa didukung kekayaan informasi dan keterampilan penyampaian, layanan informasi dikhawatirkan menjadi tidak memiliki daya tarik di hadapan siswa.
Penyampaian informasi bisa dilakukan oleh konselor itu sendiri melalui teknik ekspositorik. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara meminta bantuan dari pihak lain sebagai nara sumber, misalkan dengan mengundang “tokoh karier”. Upaya pemanfatan nara sumber memiliki keunggulan tersendiri, yakni informasi yang diberikan cenderung bersifat nyata, berdasarkan hasil pengalamannya.

PENDIDIKAN DINI ANAK BERBAKAT



Pengembangan tenaga kependidikan untuk siswa berbakat

A.    Isu-isu dalam pendidikan anak berbakat
Sistem pendidikan yang ada di Indonesia jauh dari keunggulan. Banyak anak yang berintelegensi unggul tidak terperhatikan. Kebutuhan anak berbakat dan pemberian perhatian terhadap kemampuan yang mereka miliki menjadi beban masyarakat karena mengabaikan kebutuhan psikologis dan sosial anak berbakat. Akhirnya karena tidak adanya perhatian, anak berbakat menjadi merasa frustasi dan mengalami gangguan psikologis

B.     Harapan dan Tantangan Anak Barbakat
  1. Usia masuk sekolah
Di sekolah disiapkan berbagai macam program pengajaran bagi anak berbakat, namun walaupun demikian orang tua tetap memegang peran utama dalam mendidik anaknya terutama usia sebelum masuk sekolah.
Pada tingkat SD, anak yang ditemukan pada waktu tertentu dikumpulkan beberapa lamanya di suatu kelas khusus dan diberi kesempatan menerima pelajaran dari guru yang pandai mengajar. Di SLTA pemanduan bakat dapat dilakukan selama siswa duduk di kelas satu. Di kelas dua sekali-kali dapat dikumpulkan di kelas khusus yang ada di ibukota propinsi untuk menerima pelajaran dari orang yang menguasai ilmu sebagai peneliti. Di kelas tiga yang terbaik diantaranya kemudian dapat dipindahkan ke sekolah khusus.
Jika pemanduan bakat telah lama dilakukan, maka sekolah khusus dapat menampung siswa berbakat sejak kelas satu SMA. Sekolah yang bertempat di ibukota propinsi, perlu dilengkapi dengan kampus yang nyaman, staf pengajar, staf bimbingan dan penyuluhan yang layak. Jadi usia masuk sekolah bagi anak berbakat adalah usia 3 tahun 10 bulan atau 4 tahun atau Pendidikan Anak Usia Dini.

  1. Kualifikasi Guru
Guru untuk anak berbakat harus cukup peka dan tanggap terhadap kebutuhan anak didiknya serta mampu dan mau memenuhi kebutuhan itu. Ciri khas yang diharapkan ada pada guru anak berbakat :
a.       mempunyai kualifikasi sebagai guru profesional
b.      dapat bekerja secara maniri
c.       mempunyai kemampuan cukup untuk oto kritik
d.      tahan dan cukup tanggap terhadap kritik
e.       penuh inisiatif
f.       kreatif dan inovatif
g.      memiliki kemapuan verbal dan numerik yang tinggi
h.      memiliki minat yang luas variasinya
i.        mempunyai kegemaran membaca dan belajar
j.        memiliki pengetahuan yang luas mengenai berbagai perkembangan IPTEK
k.      mempunyai kemampuan tinggi untuk melakukan analisis mengenai kejadian sosial ekonomik
l.        tidak bersikap dogmatik dan demokratik
m.    memiliki dorongan ingin tahu yangbesar dan suka bereksperimen
n.      mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain

Karakteristik dan sifat positif yang harus dimiliki oleh orang yang mendidik anak berbakat :
a.       guru, pendidik dan pembimbing harus memandang dan memperlakukan anak dengan segala perasaan, pikiran dan tindakan yang dimilikinya serta menganggapnya sebagai dunia yang terikat padanya
b.      memotivasi anak agar terus menerus bekerja dan meneliti
c.       membantu mengembangkan bakat dan memberikan penghargaan
d.      menjadi teladan yang baik dan contoh ideal dalam memberi perhatian, kerjasama, dan partisipasi aktif agar anak dapat mempelajari pola prilaku dari gurunya

Prosedur seleksi guru anak berbakat dapat digunakan prosedur yang lazim, yaitu :
a.       penentuan atribut yang akan dipertimbangkan atau diukur
b.      pemilihan pengembangan alat seleksi yang sesuai dengan atribut yang akan diungkap atau diukur
c.       pelaksanaan pengambilan data
d.      analisis data dan penyusunan alternatif keputusan
e.       pengambilan keputusan






Sumber :
 Ali Imran. 2001. Anak Berbakat: Bagaimana Cara Mengetahui dan Membinanya. Jakarta : Gema Insani

Andi Hakim Nasution, dkk. 1982. Anak-anak Berbakat : Pembinaan dan Pendidikannya. Jakarta : CV. Rajawali

Conny R. S dan Djeniah. A. 2002. Petunjuk Layanan dan Pembinaan Kecerdasan Anak. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Jumat, 02 November 2012

PSIKOLOGI SOSIAL

A. Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi berasal dari kata yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang arinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakang. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku individu.
Psikologi sosial menguraikan tentang kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok, situasi massa dan sebagainya, termasuk interaksi antar orang dan hasil kebudayaannya. Berdasarkan inilah maka psikologi sosial didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari dan menyelidiki tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
B. Hubungan Psikologi Sosial dengan Ilmu-Ilmu Lainnya
Sebagai ilmu yang objeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang objeknya juga manusia, seperti : ilmu hukum, ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi.
Pada umumnya masalah-masalah yang dibahas oleh psikologi umum adalah gejala-gejala jiwa manusia, seperti: perasaan, berfikir, kemauan yang semuanya terlepas dari alam sekitar.Pada psikologi sosial dibicarakan adalah manusia sebagai anggota masyarakat, bagaimana individu berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan sosiologi membicarakan tentang kelompok-kelompok manusia sebagai suatu kesatuan. Sosiologi tidak dibicarakan individu yang satu dengan yang lain, tetapi hanya dibicarakan kelompok sebagai kesatuan.
Sumber Bacaan :
Ahmadi, abu.(2002).Psikologi Sosial. Jakarta: PT RINEKA CIPTA

TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL

A. Teori Perbandingan Sosial
Teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi dalam interaksi sosial yang ditimbulkan karena adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri dengan membandingkan diri dengan orang lain.
Permasalahannya adalah orang seperti apa yang dijadikan standar atau pembanding? Menurut Brigham (1991), pada umumnya yang dijadikan perbandingan adalah orang yang dinilai mempunyai kasamaan atribut dengannya, misalnya sama dalam hal usia, jenis kelamin, sikap, emosi, pendapat, kemampuan atau pengalaman. Melalui perbandingan tersebut, seseorang akan memperoleh persamaan dan keunikan diri. Oleh karena itu, melalui perbandingan sosial, orang tidak hanya mendapatkan penilaian diri saja tetapi juga dapat mengembangkan pribadinya.
Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Prasangka terlahir ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok (Myers, 1999). Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif setara prasangka yang ada kurang kuat.
Para sosiolog menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak seimbang diantara kelompok-kelompok yang bertentangan (Manger, 1991). Dalam masyarakat yang terstruktur dalam stratifikasi yang ketat, kelompok dominan dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk memaksakan ideologi yang menjustifikasi praktek diskriminasi untuk mempertahankan posisi menguntungkan mereka dalam kelompok sosial. Hal ini membuat kelompok dominan berprasangka terhadap pihak-pihak yang dinilai bisa menggoyahkan kepercayaan mereka. Sementara itu kelompok yang didominasi pun berprasangka terhadap kelompok dominan karena kecemasan akan dieksploitasi.
B. Teori Inferensi Korespondensi.
Teori inferensi korespondensi adalah jika tingkah laku individu berhubungan dengan sikap atau karakteristik seseorang, berarti seorang individu dapat melihat individu lain berdasarkan sikap dan karakteristik individu yang di lihatnya.
C. Teori Atribusi Eksternal
Teori atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku seseorang. Apakah itu di sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat, karakter, sikap, dan sebagainya. Atau karena faktor eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu. Sehingga pengamat dapat mengambil kesimpulan atas prilaku yang sedang di tampilkan orang lain. Ini berarti setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuan semu yang berusaha mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara tertentu.
Contoh:
Seorang siswa, yang bernama topan, bertengkar dengan seorang guru matematikanya, begitu pula dengan siswa lainnya. Hal ini menunjukkan konsensus yang tinggi. Topan pernah juga bertengkar dengan guru matematika itu sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi yang tinggi. Kemudian topan tidak bertengkar dengan guru lainnya , Topan hanya bertengkar dengan guru matematikanya saja. Maka kita akan menyimpulkan bahwa Topan marah kepada guru matematikanya itu karena ulah gurunya sendiri, bukan karena watak topan yang pemarah. Ini sebagai salah satu contoh atribusi eksternal yang merupakan proses pembentukan kesan berdasarkan kesimpulan yang kita tafsirkan atas kejadian yang terjadi.
Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is probably the most influential contemporary theory with implications for academic motivation. Artinya Atribusi adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik. Hal ini dapat diartikan bahwa teori ini mencakup modifikasi perilaku dalam arti bahwa ia menekankan gagasan bahwa peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat merasa baik tentang diri mereka sendiri.
Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini merupakan gabungan dari dua bidang minat utama dalam teori psikologi yakni motivasi dan penelitian atribusi. Teori yang diawali dengan motivasi, seperti halnya teori belajar dikembangkan terutama dari pandangan stimulus-respons yang cukup popular dari pertengahan 1930-an sampai 1950-an.
Sebenarnya istilah atribusi mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil menurut persepsi individu. Dan yang menjadi pusat perhatian atau penekanan pada penelitian di bidang ini adalah cara-cara bagaimana orang memberikan penjelasan sebab-sebab kejadian dan implikasi dari penjelasan-penjelasan tersebut. Dengan kata lain, teori itu berfokus pada bagaimana orang bisa sampai memperoleh jawaban atas pertanyaan “mengapa”? (Kelly 1973)
• Komponen dan Karakteristik Atribusi
Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang terpenting adalah hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis dari hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi. Perasaan tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena memperoleh hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).
Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab keberhasilan dan kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.
Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga karakteristik, yakni :
1. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau karena factor yang berasal di lingkungan kita.
2. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
3. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat mengubahnya.
Merupakan faktor internal yang dapat dikontrol, yakni kita dapat mengendalikan usaha dengan mencoba lebih keras. Demikian juga factor eksternal dapat dikontrol , misalnya seseorang gagal dalam suatu lembaga pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil pelatihan yang lebih mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila kalkulus dianggap sulit karena bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan terpengaruh terhadap apa yang kita lakukan. Secara umum, ini berarti bahwa ketika peserta didik berhasil di tugas akademik, mereka cenderung ingin atribut keberhasilan ini untuk usaha mereka sendiri, tetapi ketika mereka gagal, mereka ingin atribut kegagalan mereka untuk factor-faktor dimana mereka tidak memiliki kendali, sepeti mengajarkan hal buruk atau bernasib buruk.
Menurut Weiner, factor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat factor yakni antara lain :
1. Ability yakni kemampuan, adalah factor internal dan relative stabil dimana peserta didik tidak banyak latihan control langsung.
2. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan factor eksternal yang sebgaian besar di luar pembelajaran control.
3. Effort yakni upaya, adalah factor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan banyak control.
4. Luck yakni factor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan control sangat kecil.
Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua dimensi yaitu :
a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas
b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas
D. Teori Penilaian Sosial
Teori penilaian sosial adalah suatu teori yang memusatkan bagaimana kita membuat penilaian tentang opini atau pendapat yang kita dengar dengan melibatkan ego dalam pendapat tersebut.
Teori ini dikemukakan oleh Sherif dan Hovland (1961)mencoba menggabungkan sudut pandangan psikologi, sosiologi dan antropologi.mereka mengatakan bahwa dalil yan mendasar dari teorinya ini adalah yang membentuk situasi yang penting buat dirinya. Jadi ia tidak ditentukan oleh factor intern (sikap, situasi dan motif) maupun ekstern (obyek, orang-orang dan lingkungan fisik). Interaksi dan faktor intern dan ekstern inilah yang menjadi kerangka acuan dari setiap perilaku. Pasokan-pasokan inilah yang dianalisis oleh Sherif dalam teorinya dan dicari sejah mana pengaruhnya terhadap penilaian sosial dilakukan oleh individu.
Jadi teori penilaian social ini khususnya mempelajari proses psikologis yang mendasari pernyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Anggapan dasarnya adalah bahwa dalam menilai manusia membuat deskripsi dan kategorisasi khusus. Dalam kategorisasi manusia melakukan perbandingan-perbandingan diantara berbagai alternatifyang disusun oleh individu untuk menilai stimulus-stimulus yang dating dari luar.

Oleh karena itu kita harus memahami penilaian social dari segi:

A. Skala Penilaian 
 Dalam hal ini bagaimana terjadinya penilaian pada diri individu, Sherf mengemukakan bahwa dalam percobaannya dia memerikkan sejumlah benda dan setiap benda itu menyatakan mana yang lebih berat dan mana yang lebih ringan. Disitlah jelas sifat yang akan dinilai dan makin jelas patokan-patokan yang akan disusun agar penilaiana makin mantap. Misalnya orang diberikan barang/benda yang dapat ditimabang yang beratnya bervariasi antara 5-100gram. Dan orang percobaan tersebut disuruh menetapkan 50gram.sebagai patokannya, maka menggolongkan benda yang brat dan yang ringan ini stabil. Sebaliknya kalau sifat yang ditimbang itu meragukan dan tidak ada patokan jelas, maka penilaian akan labil.

B. Efek asimilsi dan kontras
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang orang-orang haruse menggunakan patokan-patokan diluar batas-batas yang diberikan oleh stimulus yang ada. Efek dari patokan ini bergantung dari jauh dekatnya patokan dari stimulus. Jadi penilaian yang mendekati patokan disebut asimilasi. Yaitu patokan yang dimasukkan kedalam rangkaian stimulus dalam batas rangkaian stimulus diperbesar. Sehingga mencakupi paotkan. Dan penilaian yang menyalahi patokan disebut kontras.

C. Garis lintang penerimaan, penolakan dan ketidakterlibatan
Perbedaan akan variasi antara individu akan mendorong timbulnyakonsep-konsep tentang garis-garis lintang. Garis lintang penerimaan adalah rangakaian posisi sikap yang dapat diberikan , diterima dan ditolerir oleh indivudu. Garis lintang penolakan adalah rangkaian posisi sikap yang dapat tidak diberikan , tidak dapat diterima dan tidak bias ditolerir oleh indivudu. Garis lintang ketidak terlibatan adalah posisi-posisi yang termasuk dalam lintang yang pertama. Jari garis-garis lintang ini akan menentukan sikap indiviru terhadap pernyataan dalam situasi tertentu.

D. Pola penerimaan dan penolakan
Jika seorang individu melibatkan sendiri dalam situasi yang dinilainya sendirimaka ia akan menjadi patokan. maka makin tinggi ia terliat makin tinggi pula dan sedikait hal-hal yang ditermanya. Sebalikanya ambang penolakan semakin rendah sehingga makin banyak hal-hal yang tidak bias diterimanya.

E. Penilaian social dan penilaian sikap
Komunikasi menurut Sherif dan holand bisamendekatkan sikap individu dengansikap orang lain.tetapi bias juga menjahui orang lain. Hal ini tergantung dari posisi awal tersebut terhadap individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan semakin memperjelas persamaan-persamaan diantara mereka dan sehingga terjadilah pendekatan. Tetapi sebaliknya, jika posisi awal saling berjauhan, maka komuniksi akan mempertegas perbedaan dan posisi mereka akan saling menjahui.
DAFTAR PUSTAKA
Sarlito W.Sarwono. 2008. Teori-Teori Psikologi Sosial. Rajawali Pers. Jakarta.