A.
KASIH SAYANG
Kasih sayang adalah salah satu sisi yang paling indah dalam hidup
kemanusiaan. Dengan kasih sayang manusia bertahan hidup, dengan kasih sayang
pula generasi keturunan manusia berlanjut. Kasih sayang merupakan pancaran
cinta seseorang kepada orang lain, atau kepada subyek atau obyek apapun yang
dikehendaki. Dalam kondisi mencintai, pada subyek yang mencintai terkandung
lima hal terarah kepada subyek/ obyek yang dicintai, yaitu:
a.
Memiliki
perasaan positif terhadap pihak yang dicintai
b.
Berusaha
memenuhi kebutuhan pihak yang dicintai
c.
Berusaha
membuat perasaan senang bagi/ pada pihak yang dicintai
d.
Memberikan
kesempatan/ kebebasan pribadi kepada pihak yang dicintai
e.
Mengendalikan
diri terhadap pihak yang dicintai.
Perasaan positif yang ada pada pihak yang mencintai dapat berupa
perasaan/sikap menyukai, menyenangi, ingin bertemu, berdekatan, rindu, menerima
tanpa syarat, mengharapkan yang baik (terbaik) bagi yang dicintai. Seseorang
yang mencintai tidak menanamkan ataupun memaksakan kekuasaannya terhadap
subyek/obyek yang dicintai. Cinta yang sebenarnya justru memberikan kesempatan
dan mengakui kebebasan pribadi pihak yang dicintai untuk mengekspresikan
dirinya, menampilkan, mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya.
Dalam memberikan kesempatan dan kebebasan, orang yang mencintai
juga mendorong agar pihak dicintai itu mengembangkan dirinya sendiri. Orang
yang benar-benar mencintai akan mengendalikan diri dari bersikap dan bertindak
yang bisa mencederai cintanya itu, mencegah dirinya melakukan apapun yang akan
merusak hubungan cinta tersebut. cinta merupakan kondisi aktif pada diri
seseorang terhadap orang atau pihak lain dengan mengharapkan (dan mengusahakan)
hal-hal yang terbaik pada diri lain itu.
Kasih sayang yang merupakan pancaran cinta pertama-tama ditampilkan
oleh pendidik. Dengan tampilan pendidik itu, peserta didik dipenuhi limpahan
kasih sayang dan pengembangan dirinya secara menyeluruh, yang sedapat-dapatnya
berlangsung sejak periode dini. Karena dengan kasih sayang petensi anak akan
berkembang, harapan terbayang dan semangat terpacu untuk berjuang. Dengan kasih
sayang harga diri anak menjadi tersanjung, aspirasi mereka membubung, dan
beban-beban mereka terdukung. Dengan kasih sayang masa depan akan terarah, harapan kan menjadi cerah serta
hidup terasa bergairah. Dengan kasih sayang perjalanan hidup ini terisi,
hubungan tanpa basa basi, masalah-masalah dapat teratasi. Dengan kasih sayang
hambatan dan kesulitan terhadang, kesedihanpun melayang, amarahpun ikut
menghilang.
Suasana kasih sayang tidak dimunculkan oleh mereka yang
mengandalkan kekuasaan dalam hubunganya dengan orang lain. Dominasi karisma
juga cenderung kurang menampilkan kasih sayang dari pihak pemimpin, meskipun
para pengikut memberikan sikap kasih sayang yang besar kepada sang pemimpin
karismatik itu. Dari pihak karismatik ini tersimpan rasa kasih sayang yang
cukup besar, tetapi karena kasih sayang itu tidak diperlukan dalam hubungannya
dengan para pengikut, maka kasih sayang itu menjadi tidak terwujudkan.
Dalam dominasi internalisasi, kasih sayang merupakan tumpuan dan
warna dalam seluruh dinamika hubungan antara pendidik dan peserta didik. Kasih
sayang itulah yang menjadi pengikat hubungan antara keduanya. Pendidik yang
demikian adalah pendidik humanis yang menghormati sekaligus mengakui serta
menjunjung tinggi HMM peserta didik.
Ciri-ciri pendidik humanis itu diungkapkan oleh Paterson ( dalam
Prayitno, 2008: 185), yaitu:
a.
Katulusan
1.
Bicara
jujur
2.
Berbagi
pendapat secara terbuka
3.
Tidak
membuat siswa takut, tetapi juga tidak memudah-mudahkan persoalan dengan cara
menyembunyikan sesuatu terhadap siswa
b.
Penghargaan
terhadap siswa sebagai suatu pribadi
1.
Menerima
siswa apa adanya
2.
Peduli
dan penuh sikap memelihara (caring) dengan memahami kekuatan dan kekurangan
siswa, mengakui bahwa siswa pada dasarnya baik dan mampu berkembang
c.
Pemahaman
secara empatik terhadap siswa
1.
Memahami
kondisi siswa dengan memperhatikan data pribadi siswa.
2.
Mampu
memposisikan diri pada posisi siswa dan sensitif terhadap kondisi siswa.
Ciri tersebut diatas merupakan aktualisasi kasih sayang pendidik
terhadap peserta didik yang penuh dengan nuansa kasih sayang psiko-sosial
dinamik dan jauh dari nuansa psiko-seksual romantik.
B.
KELEMBUTAN
Kelembutan adalah sayap yang menyejukkan bagi operasionalisasi rasa dan kasih sayang. Ironis apabila kasih sayang diwujudkan melalui sikap arogan, penyangkalan, penolakan, perlawanan, amarah, antagonistik dan semacamnya. Cara-cara seperti menngeluarkan anak dari sekolah, penangguhan kegiatan belajar (skorsing), apalagi hukuman yang mengenai bagian dari fisik anak, selain secara nyata berlawanan dengan praktik-praktik yang berwarna kelembutan, secara lebih mendasar meupakan bukti hilangnya kasih sayang dalam hubungan pendidikan antara pendidik dan peserta didik.
Praktik anti kasih sayang seperti itu justru dapat dikatakan
mala-praktek dalam pendidikan, melanggar hak pendidikan anak dan kaedah-kaedah
lainnya yang dapat mengakibatkan kecelakaan pendidikan berbagai kecelakaan
pendidikan diderita peserta didik sebagai akibat mala-praktek tersebut, seperti
cedera fisik sampai jatuh pingsan, malu, stres, dan depresi yang amat mendalam,
bahkan ada yang coba bunuh diri, kehilangan hak pendidikan karena skorsing atau
dikeluarkan dari sekolah, tidak naik kelas atau putus sekolah.
Kasih sayang dan kelembutan sebenarnya berada dalam satu paket yang
seharusnya mendasari dan mewarnai seluruh aspek situasi pendidikan. Paket kasih
sayang dan kelembutan itu dikehendaki untuk muncul dalam perlakuan pendidik terhadap
peserta didik.
Prayitno ( 2008: 187) menyebutkan bahwa perlakuan itu
teraktualisasikan, antara lain dalam:
a.
Sapaan
Didasari
dengan kasih sayang, dengan lembutnya pendidik menyapa peserta didik, memanggil
dengan nama yang menarik, mengucapkan salam, dan menegur dengan manis, segar
dan bersemangat.
b.
Respon
positif
Didasari
raas kasih sayang dengan lembutnya memberikan respon melalui cara-cara yang
sopan, dengan kata-kata yang baik dan menghindari penggunaan kata yang
menghina, melecehkan, merendahkan, kasar ataupun tidak pantas.
c.
Penampilan
simpati dan empati
Simpati dan empati itu sendiri merupakan wujud dari kasih sayang,
ditampilkan melalui tingkah laku
kelembutan, dengan ucapan, tulisan, sentuhan, serta ungkapan-ungkapan
lain dalam bentuk tanda ataupun simbol-simbol tertentu.
d.
Tutur
kata
Dalam
intonasi, tekanan suara dan irama yang wajar ( tidak terlalu keras dan/ atau cepat),
dengan kata-kata dan kalimat yang terpilih dan mengenakkan, dengan sikap dan
tingkah laku polah yang sopan, menghargai orang. Tidak mau menang sendiri,
pintar sendiri, sembrono, serta dalam suasana yang sejuk tidak berangasan,
tergesa-gesa, antagonistik ataupun munafik.
e.
Ajakan
dan dorongan
Mengajak dan
mendorong secara tulus, mengajak sebagai mitra bukan penguasa, mengutamakan
persuasi daripada
Perlakuan yang mencerminkan kasih sayang dan kelembutan dari
pendidik akan diterima oleh peserta didik sebagai air penyejuk yang dapat
menggairahkan kehidupan mereka, khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan
pendidikan. Perlakuan seperti itu akan secara sukarela mendorong peserta didik
memberikan pengakuan dan penghormatan yang wajar dan tinggi kepada pendidik.
Kepustakaan:
Prayitno. 2008. Pendidikan Dasar Teori dan Praksis. Padang: UNP